Minggu, 29 September 2013

TIPS: Menghilangkan Rasa Minder pada Remaja

Minder di usia remaja memang wajar karena disitulah fase-fase nya emosi yang kuat seperti mudah marah,mudah sedih,dan yang paling ngetrend mudah galau. Namun apakah rasa minder itu memang harus dipertahankan? Nyatanya perasaan minder itu pasti namun jangan kita terapkan tetapi hindari dan kalau bisa hilangkan kebiasaan minder. 

Pertama kita harus cari tahu dulu mengapa kita minder? Contoh kasus jika bertemu orang kaya (Kebanyakan) mungkin kita merasakan tidak pantas untuk berteman dengan nya ditambah dia terlihat sombong dihadapan mu, lalu apa yang harus kita lakukan jika hal seperti itu terjadi? Jalan terbaik nya tetap salam sapa dengan nya dan kamu jangan merasa malu atau grogi karena kamu anggap status mu lebih rendah dari nya padahal status hebat/buruk nya bukan dilihat dari harta kekayaan nya melainkan ilmu yang dipunya.

Kedua apakah kamu merasa minder itu membuat mu bahagia? Jika iya itu karena kamu merasa hal itu yang paling nyaman namun NYATA NYA hal itu juga yang membuat kamu tidak maju, ingin berteman harus milih-milih, ingin punya usaha cari yang paling kecil, dan hal-hal yang pada dasar nya niat yang besar namun tertekan karena rasa minder hingga niat itu menjadi kecil. Lalu langkah apa yang harus diambil? Jangan jadikan minder itu sebagai jalan terbaik agar kamu aman namun jadikan sebagai jalan buntu yang membuat kamu tidak menjadi seseorang yang maju.

Ketiga belajar lah jangan tidak mau belajar, mengapa? Ingat poin pertama derajat seseorang ditentukan dari ilmu so buat kamu yang ingin merasa percaya diri yang lebih maka kamu minimal harus punya ilmu , bukan ilmu sihir ya.  Tetapi ilmu yang bisa membuat orang-orang takjub atau menilai kamu adalah orang yang punya nilai lebih.

Keempat Berani kan diri jika kamu anggap itu menguntungkan dibanding kamu meninggalkan nya karena rasa minder yang tak hanya merugikan namun orang-orang akan menganggap kamu seseorang yang tidak mempunyai nilai. Contoh nya seperti tidak berani dalam hal perlombaan (padahal kamu bisa) atau seperti tampil didepan banyak orang.

Kelima dan menjadi yang terakhir dan paling banyak dirasakan oleh para remaja sekarang, tidak bisa membedakan antara mana minder dan jaim (Jaga image). Nah perbedaan nya itu dilihat dari hati kita jika kita merasa itu baik maka take it (Ini jaga image) kalau minder merasa hal itu baik tapi takut karena rasa minder itu (Ini minder). 


Rujukan:
 http://www.silanginfo.net/2013/08/cara-mengatasi-rasa-minder-pada-remaja.html

Sekolah Komunikasi Terbaik di Indonesia

      Majalah Mix Marketing Communication edisi Juni 2012 memberikan rangking terhadap sekolah komunikasi terbaik di Indonesia sebagai Indonesia Best Graduate School of Communication 2012. Pemeringkatan ini berdasarakan survei yang dilakukan kepada para orang tua, calon mahasiswa dan user di perusahaan.
      Adapun variabel yang diukur dari pergurunan tinggi yang ditanyakan ke responden yaitu, reputasi, kualitas lulusan, kesesuaian antara biaya dengan nilai/manfaat yang diperoleh, kesetaraannya dengan perguruan tinggi berkualitas di luar negeri, lokasi kampus, fasilitas pendidikan, kontribusi sosial bagi lingkungan sekitar, prestasi dan pencapaian-pencapaian yang sudah di raih dan terakhir rekomendasi.
      Untuk kategori Perguruan Tinggi Negeri (PTN), peringkat pertama diraih Universitas Indonesia (Jakarta) dengan total 8.2, disusul Universitas Gajah Mada (Yogyakarta) dengan skor 7.77, Institut Teknologi Bandung (DKV) dengan skor 7.62, Universitas Padjajaran (Bandung) dengan skor 7.4, Universitas Diponegoro (Semarang) dengan skor 7.03, Universitas Airlangga (Surabaya) dengan skor 6.98, Universitas Sebelas Maret (Surakarta)  dengan skor 6.62, dan Universitas Lampung dengan skor 6.4.
Sedangkan untuk kategori Perguruan Tinggi Swasta (PTS), peringkat pertama ditempati oleh London School of Public Relations (Jakarta) dengan skor 7.67, kemudian Universitas Bina Nusantara (Jakarta) dengan skor  7.47, Universitas Trisakti (Jakarta) dengan skor 7.2, Universitas Taruma Negara (Jakarta) dengan skor 6.83, Universitas Prof. Moestopo (Jakarta) dengan skor 6.63, Institut Teknologi Harapan Bangsa (Bandung) dengan skor 6.6, Universitas Pasundan (Bandung) dengan skor 6.56, Universitas Merdeka Malang dengan skor 6.41, Universitas Islam Bandung dengan skor 6.4, dan Universitas Kristen Petra Surabaya dengan total skor 6.38.

Sumber:
 http://kabarkampus.com/2012/07/inilah-sekolah-komunikasi-terbaik-di-indonesia/

12 sifat buruk sebagai pertanda Anda berbakat jadi pengusaha

1. Membenci status quo
Tidak masuk akal bagi Anda bahwa sesuatu telah ada sejak lama tanpa ada penjelasan mengapa. Anda bukanlah seseorang yang mau sekedar melakukan sesuatu yang sama atau duduk diam saja. Juga bukan orang yang mau sekedar mengikuti kebiasaan umum.

2. Mudah bosan
Anda orang yang mudah bosan dan orang lain memandang Anda sebagai seorang pembawa masalah. Tidak ada yang salah dengan Anda kecuali Anda sedang bosan dengan aktivitas yang tidak meningkatkan keahlian dan tidak menantang bagi Anda. Itulah mengapa Anda tidak suka bersekolah. Ingatlah Bill Gates drop out dari kampusnya untuk menjadi salah satu orang terkaya di dunia.

3. Dipecat dari pekerjaan
Anda mungkin tadinya adalah orang yang kreatif hingga tiba masanya Anda bekerja untuk orang lain dan mengalami kisah yang sama dengan yang lainnya, yakni kehilangan pekerjaan. Menjadi sebuah roda bergerigi mungkin terlalu sulit bagi Anda karena Anda ingin menciptakan sesuatu yang dapat membuat orang terinspirasi dan turut berkontribusi juga.

4. Dilabeli sebagai pemberontak
Anda tahu bahwa kebesaran berada di luar zona nyaman dan tidak pernah berpikir bahwa kebijakan, hukum, dan peraturan bisa diterapkan pada Anda. Anda dicap sebagai pemberontak dan pelanggar aturan dan mungkin akan melawan gravitasi bila Anda mampu.

5. Melawan penguasa
Anda memiliki riwayat yang panjang dalam menentang kekuasaan orang tua, guru, dan bos Anda. Anda sulit mematuhi norma kelompok atau komunitas di tempat anda bekerja dan berdomisili.

6. Siap untuk membenahi apapun
Anda selalu melihat bagaimana Anda dapat melakukan sesuat dengan lebih baik. Selain itu, Anda orang yang bebas berpendapat dan dengan suka rela akan memberitahukan cara Anda yang lebih baik dalam melakukan sesuat, bahkan tanpa diminta.

7. Tidak pandai dalam obrolan ringan
Anda kesulitan menciptakan obrolan ringan yang dapat membuat banyak orang merasa nyaman ketika terlibat di dalamnya. Pola umum dalam upaya membangun hubungan terlihat seperti sesuatu yang membuang-buang waktu bagi Anda dan membuat Anda merasa tidak nyaman.

8. Di-bully saat remaja
Anda mungkin pernah dengan hebatnya dicerca, dikucilkan, bahkan di-bully saat Anda masih kecil atau remaja. Hal ini dapat mengakibatkan Anda terdorong untuk menjadi pribadi yang unggul dan membuktikan pada dunia bahwa sesungguhnya Anda adalah kekuatan yang harus diperhitungkan.

9. Obsesif
Anda mungkin dicap sebagai orang obsesif atau kompulsif karena ketika Anda memulai sesuatu Anda sulit untuk mengakhirinya. Jangan biarkan orang lain membuat Anda mempercayai bahwa ini adalah sebuah penyakit atau defisiensi. Semua pengusaha besar sepenuhnya tenggelam dalam visi mereka. Howard Schultz tetap menjalankan Starbuck bahkan di saat keluarganya membujuknya untuk meninggalkannya.

10. Takut jalan sendirian
Wirausaha di dalam diri Anda takut untuk muncul dari dalam diri Anda dan pada saat yang bersamaan takut untuk terkubur juga. Ketakutan ini sangat umum di masyarakat kita karena kita telah dikondisikan untuk berpikir bahwa menjadi wirausaha lebih berisiko dibanding bekerja di perusahaan yang sehat. Padahal kenyataannya dua-duanya sama berisikonya.

11. Tidak bisa berhenti
Anda tidak bisa tidur di malam hari karena Anda tidak dapat mengistirahatkan pikiran-pikiran Anda. Sebuah ide bahkan mungkin menampakkan diri dalam mimpi Anda. Dan pada pagi berikutnya Anda mendapati diri Anda masih bergelut dengan ide tersebut, mengalihkan Anda dari pekerjaan yang harus anda lakukan.

12. Tidak cocok dengan norma umum
Anda selalu merasakan ketidaknyamanan di balik kulit Anda sendiri, sampai Anda harus menggunakan ide Anda di mana sesungguhnya berbeda dengan mayoritas orang. Hal itu bisa jadi karena seorang pengusaha ada di dalam diri dan Anda ingin menunjukkan jati dirinya.

Rujukan:
 http://bisnis.liputan6.com/read/474803/12-sifat-buruk-pertanda-anda-berbakat-jadi-pengusaha

Sabtu, 28 September 2013

Profesi Seorang Jurnalis

      Wartawan atau jurnalis adalah seorang yang melakukan jurnalisme, yaitu orang yang secara teratur menuliskan berita (berupa laporan) dan tulisannya dikirimkan/ dimuat di media massa secara teratur. Laporan ini lalu dapat dipublikasi dalam media massa, seperti koran, televisi, radio, majalah, film dokumentasi, dan internet. Wartawan mencari sumber mereka untuk ditulis dalam laporannya; dan mereka diharapkan untuk menulis laporan yang paling objektif dan tidak memiliki pandangan dari sudut tertentu untuk melayani masyarakat.
 
  • Istilah jurnalis dan wartawan di Indonesia

Istilah jurnalis baru muncul di Indonesia setelah masuknya pengaruh ilmu komunikasi yang cenderung berkiblat ke Amerika Serikat. Istilah ini kemudian berimbas pada penamaan seputar posisi-posisi kewartawanan. Misalnya, "redaktur" menjadi "editor."
Pada saat Aliansi Jurnalis Independen berdiri, terjadi kesadaran tentang istilah jurnalis ini. Menurut aliansi ini, jurnalis adalah profesi atau penamaan seseorang yang pekerjaannya berhubungan dengan isi media massa. Jurnalis meliputi juga kolumnis, penulis lepas, fotografer, dan desain grafis editorial. Akan tetapi pada kenyataan referensi penggunaannya, istilah jurnalis lebih mengacu pada definisi wartawan.
Sementara itu wartawan, dalam pendefinisian Persatuan Wartawan Indonesia, hubungannya dengan kegiatan tulis menulis yang di antaranya mencari data (riset, liputan, verifikasi) untuk melengkapi laporannya. Wartawan dituntut untuk objektif, hal ini berbeda dengan penulis kolom yang bisa mengemukakan subjektivitasnya.
  • Asal dan ruang lingkup istilah jurnalis

Dalam awal abad ke-19, jurnalis berarti seseorang yang menulis untuk jurnal, seperti Charles Dickens pada awal kariernya. Dalam abad terakhir ini artinya telah menjadi seorang penulis untuk koran dan juga majalah.
Banyak orang mengira jurnalis sama dengan reporter, seseorang yang mengumpulkan informasi dan menciptakan laporan, atau cerita. Tetapi, hal ini tidak benar karena dia tidak meliputi tipe jurnalis lainnya, seperti kolumnis, penulis utama, fotografer, dan desain editorial.
Tanpa memandang jenis media, istilah jurnalis membawa konotasi atau harapan profesionalitas dalam membuat laporan, dengan pertimbangan kebenaran dan etika.

Sumber :
 http://id.wikipedia.org/wiki/Jurnalis